"Dok, bayi saya berumur tiga bulan tapi belum diimunisasi sama sekali karena
saya takut. Kata tetangga imunisasi bisa membuat anak sakit panas, lumpuh
atau meninggal, apakah benar?"
Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) kerap mendapatkan pertanyaan
serupa. Sekretaris Satgas Imunisasi IDAI Soedjatmiko menyayangkan seharusnya
para ibu mengubah penilaiannya dan tidak menelan bulat-bulat informasi yang
salah.
Soedjatmiko, yang sehari-hari menjabat sebagai Ketua III Pengurus Pusat
IDAI, menegaskan bahwa imunisasi aman, malahan merangsang kekebalan tubuh
bayi, sehingga mampu melindungi dari penyakit berbahaya.
"Bayi yang tidak diimunisasi tubuhnya tidak memiliki kekebalan terhadap
penyakit. Apabila diserang penyakit berat, dia bisa cacat atau malah
meninggal," jelasnya dalam workshop Peran Media Massa dalam Penguatan
Program Imunisasi Nasional yang digelar baru-baru ini.
Kekhawatiran berlebihan seorang ibu kepada kesehatan bayinya memang hal
lumrah. Misalnya, kadang setelah bayi disuntik vaksinasi DPT untuk mencegah
difteri, batukrejan/pertusis dan tetanus, akan timbul bekas kemerahan di
sekeliling bekas suntikan tadi.
Bekas kemerahan juga biasanya disertai bengkak, nyeri, dan demam. Itu adalah
reaksi tubuh yang umum dan tidak berbahaya, kata Soedjatmiko.
Bengkak tersebut boleh dikompres dengan air hangat hingga kempes. Untuk
menurunkan panas bayi dapat diberikan obat penurun panas.
"Bengkak biasanya akan hilang dalam tiga hari. Bengkak kadang masih teraba
beberapa lama, asalkan tidak nyeri dan tidak merah, lama-lama akan hilang
tanpa diobati."
Tidak hanya setelah imunisasi DPT, pada bayi yang baru saja disuntik BCG
(untuk mencegah penyakit tubercolosis/ TBC) kadang tumbuh bisul di tempat
suntikannya. Bisul yang tidak disertai dengan rasa nyeri dan demam kemudian
pecah, keluar cairan dan membentuk koreng.
Sekali lagi Soedjatmiko menggarisbawahi itu adalah reaksi umum BCG. Para ibu
cukup membersihkan bisul yang telah mengoreng itu dan tidak perlu pengobatan
khusus.
Imunisasi sendiri adalah program layanan kesehatan bagi anak untuk
pencegahan timbulnya penyakit penyakit yang berbahaya.
*Lebih hemat*
Wakil dari Komisi IX DPR RI Chairul Anwar menekankan pentingnya imunisasi.
Tindakan pencegahan melalui imunisasi sangat hemat dibandingkan dengan
langkah pengobatan yang bisa menghabiskan biaya hingga lebih dari 100 kali
lipat.
"Itu baru dari sisi anggaran, jadi sasaran imunisasi adalah meningkatkan
kekebalan aktif seseorang. Pasalnya setiap orang sudah memiliki kekebalan
tubuh," tutur Chairul.
Segera setelah bayi lahir sebaiknya disuntik imunisasi hepatitis B. Suntikan
ini dapat melindungi anak dari penyakit hepatitis B yang dapat merusak hati
dan berpotensi merembet menjadi kanker hati pada usia dewasa.
Pada umur satu bulan, bayi sebaiknya langsung diimunisasi BCG dan Polio 1.
BCG yang disuntikkan di lengan atas untuk melindungi anak dari TBC yang
dapat menyerang otak, paru-paru, dan tulang.
Untuk imunisasi polio tidak disuntikkan tetapi melalui cara tetes ke mulut
bayi. Imunisasi polio dapat melindungi anak dari kelumpuhan.
Selanjutnya pada usia dua bulan, segera imunisasi anak dengan DPT-Hepatitis
B1 dan Polio2. Difteri dapat menyerang saluran napas dan jantung, sementara
pertusis atau batuk rejan dapat menyerang paru-paru dan telinga.
Tetanus menyerang syaraf dan otot. "Ketiga penyakit ini bisa dicegah dengan
[imunisasi] DPT," ujar Soedjatmiko.
Dia menekankan pentingnya berkonsultasi ke lembaga kesehatan terpercaya
seperti posyandu, puskesmas, rumah sakit atau dokter, sehingga tidak lagi
ada kesimpangsiuran informasi yang didapatkan sang Ibu.
Dalam kesempatan yang sama, Pemimpin Grup Jawa Pos Dahlan Iskan yang
menjalani transplantasi liver 10 bulan lalu, menilai imunisasi sangat
penting. Dulu, karena keterbatasan informasi dan kemampuan dia tidak
diimunisasi.
Setelah dewasa dia terserang hepatitis B dan selang bertahun-tahun hepatitis
B yang diidapnya merembet menjadi sirosis. Pada akhirnya dia memutuskan
untuk transplantasi hati di Tianjin, China.
"Saya datang dari keluarga yang sangat sederhana, bapak saya buruh tani dan
saat itu tidak memungkinkan untuk saya mendapatkan imunisasi. Kami tidak
tahu bahwa kekebalan tubuh bisa ditingkatkan melalui imunisasi." *(
redaksi@bisnis. co.id)*
*Noerma Komalasari*
Kontributor Bisnis
5. Outdoor Activities vs Sinar Matahari
-
Dear all, Selamat pagi. Apa kabar? Sudah sempat bergerak (berolah raga)?
Sewaktu masih menjadi staf pengajar di FK (akhir 1990an sd awal 2000an),
saya meng...
5 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar