Adalah seorang Bapak Victor pemilik Wood Camp; outbound khusus anak-anak.
Baru-baru ini dalam kunjungan terakhir di kota Bandung. Di sela-sela sebuah
acara bersama dengan beliau. Ada sebuah kisah menarik yang diceritakan
tentang team bola basketnya jaman SMA dahulu. Teamnya ini sukar sekali
dikalahkan oleh lawan-lawannya. Apa rahasianya? Rahasianya adalah Heart to
Heart Communication Strategy.
Dalam setiap pertandingan basket, strategi teamnya Pak Victor hampir tidak
pernah dapat ditebak oleh lawan-lawannya. Karena semua pemain dalam team
dapat mendadak berganti menjadi posisi apa saja dan tanpa harus menunggu
komando seseorang. Semua berjalan dengan begitu alami.
Bagaimana cara kerjanya? Apakah mereka menggunakan sejenis "ilmu"? Seperti apa cara mereka melatihnya? Sambil tertawa mengenang masa lalunya, Pak Victor menceritakan bagaimana mental team lawan sering jatuh karena melihat teamnya Pak Victor jarang sekali terlihat berlatih di lapangan. Mereka malah lebih sering terlihat hang out bersama, makan-makan, nonton film hingga berkemah bersama. Menggoda team lawan yang sedang latihan pun tidak kalah seringnya. Pokoknya semuanya serba bersama. Sementara team lawan frekwensi berlatihnya di lapangan lebih sering dibandingkan mereka.
Ternyata acara ngumpul bersama tadi itulah salah satu cara mereka berlatih.
Karena frekwensi bertemunya sangat sering sehingga mereka menjadi lebih
saling kenal satu sama lain. Mereka ter"influence" satu sama lain. Mereka
ter"pacing-leading" hingga ter"anchor" satu dengan lainnya. Satu untuk semua
dan semua untuk satu menjadi motto yang bukan basa-basi. Masing-masing telah menjadi "win-win solution".
Bukankah sebuah keluarga juga sama halnya seperti sebuah team yang terdiri
dari anggota-anggota yang memiliki tugas dan tanggungjawabnya masing-masing.
Hanya yang membedakannya adalah jenis permainan yang dimainkan. Bukan bola basket atau sepakbola; melainkan permainan KEHIDUPAN.
Pacing dan Leading
Kata Pacing dan Leading jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah menyamakan atau mengikuti dan Leading adalah memimpin. Ada sebuah alat dalam bidang musik yang dapat mengambarkan hal ini yaitu Garpu Tala. Dalam radio disebut menyamakan frekwensi. Dalam NLP, istilah pacing dan leading digunakan untuk menjelaskan sebuah hubungan komunikasi. Pacing berarti sebuah proses dalam menyamakan agar dapat memiliki pemahaman yang sama dan mengikutinya (Leading).
Cukup banyak metode dan teknik yang ditemukan dan diajarkan oleh para pakar NLP dunia tentang hal ini. Akan tetapi, sayangnya metode dan teknik tersebut malah terlihat seperti pemain pantomin yang sedang break dance ketika dipraktekan. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Praktisi NLP seringkali terjebak dalam langkah-langkah metode dan teknik
yang dipelajarinya, sehingga situasi dan keadaan sekeliling praktisi yang
seharusnya perlu diperhatikan menjadi terabaikan. Karena terlalu fokus pada
metode dan tekniknya. Ini berakibat pada penyikapan dan pengaplikasinya
menjadi tidak berkembang. Tidaklah mengherankan bila sampai ada praktisi
yang kecewa dan kemudian mencibir teknik-teknik NLP.
Dalam lingkungan keluarga, teknik pacing dan leading ini harusnya dapat
menyelamatkan banyak kehidupan keluarga jika orangtua tidak memaksakan
anaknya untuk mengerti orangtua. Andai saja, boleh menyarankan bila para
orangtua menyadari bahwa mereka pernah menjadi anak, sedangkan anak belum pernah menjadi orangtua.
Pernahkah orangtua berusaha menyamakan (pacing) dahulu ke anaknya yang mogok belajar, yang lebih senang bermain game. Lalu belajar memahami mengapa anaknya berprilaku seperti itu? Atau lebih memilih langsung marah besar ke anak dan memberi predikat "anak bermasalah" yang tidak tahu diri; disuruh belajar malah main. Apa nggak tahu bahwa bapak atau ibunya ingin dia menjadi anak yang pintar? Apa nggak tahu kalau orangtuanya setengah mati mencari uang guna menafkahinya? Dasar anak bandel nakal! Maka dibawalah anak ini ke psikolog ataupun psikiater karena menganggap anaknya "bermasalah" . Sebetulnya siapa yang "bermasalah" ?
Anchoring
Kata Anchor/Anchoring jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah
sebagai jangkar atau menjangkar. Fungsi dari jangkar (jg disebut sauh) ini adalah untuk "memegang" kapal agar tidak terbawa arus laut. Dalam NLP, anchor/anchoring dapat berarti "tombol pemicu" dalam memanggil pikiran dan perasaan tertentu yang telah "terjangkar" dalam diri seseorang sebelumnya.
Sekarang mari kita bayangkan kembali kondisi cerita di atas. Apa jadinya
anak yang telah diberi cap "bermasalah" tadi oleh psikolog, psikiater, tabib atau malah dukun. Dan orangtuanya malah ikut-ikutan memberi vonis yang sama? Padahal siapakah orang yang paling mengenal Sang Anak jika bukan
orangtuanya? Sungguh kasihan, Sang Anak yang tadinya netral, kini telah di
anchoring oleh lingkungannya dengan "nakal".
Padahal anchoring itu sendiri adalah netral. Karena sifatnya lebih seperti
sebuah "tombol pemicu". Tombol ini dapat berupa : sebuah suara, sebuah
gambar, sebuah rasa, sebuah aroma dan sebuah belaian atau sentuhan. Tinggal bagaimana Anda meng-"jangkar" salah satu atau kelima hal tersebut pada sebuah pikiran dan perasaan tertentu. Pilihan ada pada tangan Anda.
Pertanyaan :
1. Seberapa banyak orangtua melakukan pacing dan leading dalam menghadapi
anak?
2. Hal apa yang paling sering dilakukan orangtua dalam meng-anchoring anak?
Tulisan NLP for Parenting lainnya dapat diakses di : www.superparenting. org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar