Kamis, 17 Juli 2008

Program Bayi Tabung Kian Aman

IVF Witness menggunakan frekuensi radio untuk mendeteksi proses pembuahan.

Kini siapa yang tak kenal dengan istilah bayi tabung atau pembuahan in vitro (IVF)?

Di negeri ini, bayi tabung pertama lahir pada 1988. Adapun peluncurannya dilakukan pada 1987 di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Inilah teknik pembuahan sel telur di luar tubuh wanita. Prinsipnya, program ini mempertemukan sperma dan ovum secara in vitro (di luar tubuh) sehingga tumbuh embrio. Baru keduanya dimasukkan kembali ke rongga rahim.

Awalnya teknik reproduksi itu ditujukan bagi pasangan tidak subur yang mengalami kerusakan saluran telur. Namun, saat ini, indikasinya telah diperluas, antara lain jika calon ibu mengalami lendir mulut rahim yang abnormal, mutu sperma calon ayah kurang baik, adanya antibodi di sperma, tidak hamil juga walaupun derita endometriosis telah diobati, atau gangguan kesuburan yang tidak diketahui penyebabnya.

Nah, berdasarkan temuan terakhir, keamanan program bayi tabung semakin tinggi dengan ditemukannya IVF-Witness- -sistem yang merevolusi proses bayi dengan menurunkan kemungkinan terjadinya kegagalan atau kekacauan. Dikembangkan oleh Research Instrument Ltd., IVF-Witness menggunakan frekuensi radio untuk mengidentifikasi laju contoh IVF dalam proses pembuahan.
Saat ini, program tersebut diterapkan di sejumlah klinik di Barat, seperti Inggris dan Amerika Serikat.

Di Amerika Serikat, Overlake Reproduction Health di Bellevue, Seattle, merupakan klinik pertama di negeri ini yang menggunakan IVF Witness. "Awalnya saya ragu-ragu, tapi setelah menggunakannya selama empat bulan, saya benar-benar yakin," kata Shaun Kelly, direktur laboratorium tersebut.

Di Indonesia, tahapan baru itu memang belum disentuh, tapi peminat program bayi tabung terus meningkat. Meski demikian, kesadaran para calon ibu terhadap pengaruh usia yang tinggi tampaknya masih rendah. Salah satu faktor keberhasilan program bayi tabung tak lain adalah umur calon ibu. Direktur Utama Rumah Sakit Ibu dan Anak Kemang Medical Care Dr Otamar Samsudin, SpOG mengatakan faktor usia berperan untuk mendapatkan sel telur yang baik "Sayangnya, pasien sering datang ketika sudah terlambat," katanya dalam diskusi soal teknologi bayi tabung beberapa waktu lalu.

Sistem reproduksi perempuan terbatas, berbeda dengan laki-laki yang terus-menerus bisa memproduksi sperma. Lantaran usia calon ibu yang terus bertambah, penanganan program bayi tabung pun tidak bisa optimal. "Semakin muda usia sang ibu, maka tingkat keberhasilan bayi tabung semakin tinggi," kata pionir program melahirkan dalam air di Indonesia ini.

Direktur Nasional Embriologi IVF Monash Institute of Medical Research James Catt, PhD menjelaskan mengecilnya peluang kehamilan disebabkan oleh kualitas sel telur yang kurang baik. Sel ovum dikatakan matang apabila telah memiliki satu polar bodi. Nah, dia menyebutkan, bila dalam setahun usia perkawinan dan rutin melakukan hubungan seksual belum juga mendapatkan anak, sebaiknya pasangan tersebut segera memeriksakan diri. Pemeriksaan sedini mungkin ini untuk mengantisipasi kondisi terburuk dari kesehatan pasangan. Sebab, bila ada kelainan, bisa segera langsung ditangani.

"Peluang bisa hamil dengan program bayi tabung ini sama dengan kehamilan secara alami," ujar James. Walau peluangnya kecil, James mengungkapkan pengalamannya yang sukses melakukan program bayi tabung pada wanita yang berusia 47 tahun di Australia dengan menggunakan sel telurnya sendiri.

Otamar menyatakan program bayi tabung tidak dimaksudkan untuk memperoleh anak kembar atau memilih jenis kelamin tertentu. Bagaimana, Anda tertarik untuk mencoba teknologi ini? Saat ini, sejumlah klinik fertilitas di Jakarta menyodorkan program itu. Dana yang dibutuhkan biasanya Rp 50 juta sampai Rp 90 juta.MARLINA MARIANNA SIAHAAN

Akupunktur Tingkatkan Peluang

Inilah temuan tim dokter dari Universitas Maryland dan Universitas Amsterdam tentang pengaruh akupunktur dalam proses bayi tabung. Hasil studi yang dipaparkan dalam British Medical Journal edisi Februari 2008 itu mengklaim terapi akupunktur dapat meningkatkan kesuksesan program bayi tabung hingga 65 persen.

Tim peneliti yang dipimpin Eric Manheimer mengevaluasi tujuh studi yang disiarkan sejak 2002 yang kemudian dibandingkan dengan uji coba terapi akupunktur terhadap 1.366 wanita yang menjajal program bayi tabung. Tusuk jarum diberikan sebelum dan setelah embrio dilekatkan pada rahim. Tim ini kemudian menyimpulkan akupunktur bisa meningkatkan peluang IVF hingga 65 persen, terutama saat pentransferan embrio, dibanding orang yang tidak mendapat tusuk jarum khas pengobatan Cina ini.

Akupunktur diyakini para ilmuwan ini bisa mendongkrak aliran darah ke uterus sebaik saat merangsang neurotransmitter meningkatkan produksi gonadotrofin- -hormon yang mengontrol ovulasi pada wanita. Nah, kondisi inilah yang mungkin membantu program bayi tabung. IVF.NET

Sumber : Koran Tempo

Tidak ada komentar: